Alat Musik Kolintang

  • 3 min read
  • Mei 12, 2022
Alat Musik Kolintang

Guratgarut.com – Kita tahu bahwa angklung dan batik merupakan kebudayaan Indonesia yang diakui sebagai warisan budaya dunia yang disahkan oleh Persatuan Bangsa Bangsa melalui UNESCO. Tetapi terdapat satu kebudayaan Indonesia yang sedang berusaha agar diakui oleh organisasi dunia tersebut, yaitu alat musik kolintang.

Walaupun alat musik kolintang belum diakui secara resmi sebagai warisan budaya dunia, pemerintah daerah Sulawesi Selatan tetap bersikeras ingin mendaftarkan kolintang sebagai warisan budaya dunia.

Sebagai salah satu usahanya pemerintahan SulSel membentuk 12 grup yang akan mewakili Sulawesi Selatan dan Asosiasi Insan Kolintang Nasional ke UNESCO.

Penasaran kan kenapa pemerintah bersi keras untuk mendaftarkan alat musik tradisional ini sebagai salah satu warisan dunia ? Nah, pada kesempatan kali ini kita akan membahas alat musik kolintang dari segi sejarah, perkembangan, pembuatan dan jenis yang dimilikinya.

Mengenal Kolintang, Alat Musik Perkusi dari Sulawesi Utara

Acara festival kolintang
Festival kolintang

Kolintang adalah alat musik perkusi yang termasuk dalam kategori alat musik idiofon dan dimainkan dengan cara dipukul. Kolintang terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu :

  1. Bilahan kayu
  2. Kotak resonansi
  3. Alat pemukul

Kolintang terbuat dari 95% kayu sebagai bahan dasar pembuatanya. Berbeda dengan alat musik tradisional lain pada umumnya, kolintang menggunakan tangga nada diatonis.

Oleh karena terdapat istilah “mangemo kumolintang” yang berarti mari lakukan tong ting tang yang dapat memainkan nada rendah, sedang dan tinggi.

Pada zaman dahulu kolintang digunakan sebagai pengiring upacara adat. Namun pada masa sekarang kolintang seringkali digunakan sebagai pengiring tari, lagu daerah atau pementasan musik.

Alat musik tradisional ini tidak jarang dipadukan dengan instrumen lain, seperti alat musik ritmis ataupun alat musik melodis.

Sejarah dan Perkembangan Alat Musik Tradisional Kolintang

masyarakat dunia mempelajari alat musik kolintang
Sedang belajar alat musik kolintang

Terdapat cerita rakyat Minahasa pada zaman dahulu tentang sejarah asal-usul alat musik tradisional kolintang ini. Berawal dari sebuah desa yang berada di daerah Minahasa dimana terdapat seorang gadis yang sangat cantik bernama Lintang dan seorang pemuda tampan bernama Makasiga.

Makasiga berniat melamar Lintang tetapi dengan satu syarat yaitu pemuda tersebut harus mencari alat musik yang bunyinya lebih merdu dari seruling emas. Lalu, Makasiga berkelana ke dalam hutan untuk mencari alat musik tersebut.

Pada malam hari pemuda tersebut kedinginan dan mulai membelah kayu untuk dijemur dan dijadikan kayu bakar, setelah kering belahan kayu tersebut diambil dan dilempar dan membentur tanah yang menghasilkan bunyi nyaring, indah dan merdu. Nah begitulah cerita singkat asal mula alat musik kolintang berdasarkan cerita rakyat Minahasa.

Namun dalam perkembangannya, pada zaman dahulu kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakan berjejer di atas dua kaki pemain sembari duduk di tanah. Kemudian berkembang menggunakan dua batang pisang dan pada akhirnya menggunakan peti resonator pada tahun 1830 sejak kedatangan Pangeran Dipenogoro di Minahasa.

Pada awalnya kolintang hanya mempunyai nada dua oktaf saja pada tangga nada diationis. Rangkaian nada diatonis tadi disempurnakan oleh Nelwan Katuuk pada tahun 1939 yang berhasil menyusun tangga nada kolintang dengan mengikuti susunan nada musik universal dengan nada 2 ½ oktaf.

Namun perkembangan itu tidak berhenti disana, kolintang tersebut dikembangkan kembali menjadi 3 ½ oktaf dalam satu kruis, natural, serta satu mol oleh sosok Petrus Kaseke pada tahun 1960.

Sebagai alat musik tradisional asli khas Indoensia, kolintang memang mencuri banyak perhatian, bukan hanya dari masyarakat Indonesia saja tetapi berbagai negara di dunia pun ikut tertarik pada alat musik satu ini.

Beberapa negara seperti Australia, Jerman hingga Inggris sudah mengenalkan kolintang pada kurikulum sekolah musik mereka.

Pembuatan Alat Musik Tradisional Kolintang

Pembuatan Alat Musik Tradisional Kolintang
proses penyelarasan nada pada kolintang menggunakan alat khusus.

Dalam pembuatan kolintang tak hanya membutuhkan keterampilan pengrajin kayu, namun dibutuhkan juga pengrajin yang memahami nada. Karena hal tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembuatan kolintang.

Adapun proses utama pembuatan kolintang ialah, sebagai berikut :

  1. Pemilihan kayu. Kayu yang digunakan dalam pembuatan kolintang ialah jenis kayu yang memiliki sifat kuat tetapi ringan. Adapun jenis kayu tersebut seperti kayu telur, wenuang, cempaka, mahoni, jati dan lain sebagainya.
  2. Pengolahan kayu. Kayu dipotong dan dibuat menjadi bilahan-bilahan kayu yang nantinya dihaluskan. Bilahan tersebut memiliki ukuran, panjang, lebar dan tipis yang berbeda sesuai tangga nada yang dimiliki oleh kolintang.
  3. Pembuatan kotak resonansi. Dalam proses ini kayu dibentuk menjadi sebuah bingkai yang berfungsi sebagai tempat diletakanya bilahan-bilahan kayu dan juga berfungsi sebagai resonator.
  4. Penyelarasan nada. Wilahan tersebut di susun diatas kotak resonansi dan dilakukan tuning atau penyelarasan nada menggunakan alat modern berupa perangkat digital stem nada khusus atau tuner untuk mengetahui jenis nada.

Satu set kolintang dapat dijual dengan harga 25 sampai 60 juta rupiah.

Jenis dan Macam Alat Musik Tradisional Kolintang

deretan kolintang
Deretan kolintang yang dipajang

Sebenarnya tidak ada jenis standar dalam penamaan kolintang, tetapi kolintang dapat dibedakan berdasarkan karakteristik suara nada dan rentang nada yang digunakan sesuai konsep pembagian nama oleh Petrus Kaseke, diantaranya :

1. Ina Taweng

Kolintang ini berfungsi untuk melodi penentu lagu dalam suatu pementasan yang menggunakan kolintang didalamnya.

2. Uner

Uner digunakan sebagai alto 1 dan 2 sebagai pengiring (accompanion) yang mempunyai nada tinggi dalam sebuah lagu atau pementasan.

3. Tjuk

Tjuk tidak jauh berbeda dengan uner. Kolintang ini berfungsi sebagai alto 3 yang berfungsi sebagai pengiring (accompanion) yang mempunyai nada tinggi dalam sebuah lagu atau pementasan.

4. Karua / Karua rua

Karua / Karua rua ialah tenor 1 dan 2 berfungsi sebagai pengiring (accompanion) yang mempunyai nada rendah.

5. Sella

Sella ialah cello berfungsi ebagai penentu irama, gabungan pengiring (accompanion) dan juga bass.

6. Loway

Loway berfungsi sebagai bass yang mempunyai suara nada rendah dalam permainan kolintang.

Penutup

Kolintang adalah alat musik yang sama pentingnya dengan yang lain, kita harus melestarikannya, paling tidak dengan membaca informasi dan mengenalnya.

Demikian tulisan ini saya buat, semoga mendatangkan manfaat bagi kita semua. Baca juga tentang alat musik kacapi yang akan menambah wawasan kalian.

Jika ada yang ingin disampaikan, dapat tulis di kolom komentar atau kirim pesan melalui guratgarutcom@gmail.com.
Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© Copyright 2020 - guratgarut.com