Filosofi Orang Jawa

  • 4 min read
  • Jul 13, 2022
filosofi orang jawa

Filosofi Orang Jawa – Sejak jaman dulu Indonesia terkenal memiliki peradaban yang tinggi, salah satunya diwakili oleh peradaban Jawa.

Masyarakat Jawa pada jaman dahulu sangat menjaga dan berhati-hati dalam bertutur kata, orang jawa sendiri menggap lisan adalah makna dari sebuah kehidupan.

Sehingga sangat wajar sekali dalam bertutur kata hati-hati.

Sebab yang menjadi ciri seseorang adalah kata-katanya.

Filosofi Orang Jawa Penuh Makna

bromo, wisata bromo, gambar bromo, filosofi orang jawa

Seperti yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya, bahwa masyarakat jawa memiliki filosofi, aturan atau pendirian.

Yang tentu jika filosofi tersebut diterapkan di jaman sekarang akan sangat bagus sekali.

Entah sejak kapan filosofi ini dianut serta dipratikan oleh orang jawa, namun yang jelas ini merupakan ciri khas dan pembeda dengan suku yang lain.

Filosofi Orang Jawa Tentang Hidup

borobudur temple, borobudur, filosofi orang jawa
filosofi orang jawa

filosofi jawa ini sangat erat kaitannya dengan urusan kehidupan, yang menjadikan orang jawa terhormat adalah perkataan dan tingkah lakunya.

hal tersebut telah diajarkan serta dipraktikan dari jaman dahulu.

Namun sayang saat ini sudah mulai luntur, tergerus oleh pergaulan modern.

Ancamannya pun beragam mulai dari sisi internal dan exernal.

Agar kita tidak lupa dengan ajaran nenek moyang, berikut ini merupakan kumpulan filosofi orang jawa tentang kehidupan yang disertai dengan arti dan penjelasannya.

#1 “Alon-alon Waton Kelakon”

Filosofi jawa diatas memiliki makna “pelan-pelan saja yang penting selamat”. Tentu hal ini mengajarkan kepada kita yang terpenting itu adalah keselamatan, jangan sampai mengejar sesuatu namun tidak memperhatikan keselamatan.

Pada prakteknya juga kita sering kali mendengar orang tua kita menggunakan filosofi jawa ini, terutama dalam hal bepergian.

Karena keselamatan merupakan hal yang penting jika dibanding dengan kecepatan.

#2 “Sapa Nandur Bakalan Ngunduh”

Filosofi jawa ini sangat terkenal, bahkan menjadi salah satu peribahasa yang paling populer di Indoensia. “Sapa nandur bakalan ngunduh” memiliki arti yaitu, apa yang kamu tanam itu yang akan kamu tuai.

Memang seperti itulah kenyataannya, apa yang kita usahakan itu yang akan kita dapatkan.

Jadi berusaha semaksimal mungkin, supaya kita mendapatkan apa yang kita cita-citakan, jangan lupa dibarengi dengan doa.

#3 “Urip Iku Urup”

Filosofi orang jawa ini sangat dalam, yaitu kita sebagai manusia harus bisa menyalakan orang lain, menyalakan disini bisa jadi membantu.

Menjadi cahaya bagi orang dengan cara menebar kebaikan. Itu lah hidup sesudungguhnya, bukankan manusia yang paling baik itu, mereka yang bermanfaat bagi orang lain.

Semoga kita dapat memegang teguh filosofi jawa ini.

#4 “Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka”

Filosofi ini sangat mendidik sekali, di Jawa sendiri merendah sudah diajrakan sejak dini, seperti arti dari filosofi jawa di atas “Jangan meresa pandai agar tidak salah arah, dan jangan berbuat curang agar tidak celaka”.

Semoga kita diberikan kemampuan menjadi manusia yang dapat mengamalkan filosofi ini.

#5 Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti”

Bagi orang jawa sendiri kata di atas sangat bermakna sekali, sebab sifat iri, jahat, angkara murka serta picik hanya biasa diatasi dan dikalahkan oleh sabar.

#6 “Nerimo ing pandum”

Filosofi jawa tersebut memiliki makna kejujuran, keiklasan, ringan tangan dalam bekerja, dimana hal ini sangat penting sekali dalam menjalani hidup.

Serta harus iklas dalam menerima setiap hasil yang telah dikerjakan.

#7 “Aja Adigang, Adigung, Adiguno”

Setiap  filosofi orang jawa mengandung makna yang sangat baik, termasuk dengan yang satu ini, memiliki makna yang mendalam bagaimana seharusnya manusia hidup.

Jaga tatakrama, jangan sombong dengan kekuatan, kedudukan serta latar belakang keluarga. Memang seharusnya seperti itulah hidup.

#8 “Wong jowo iki gampang di tekuk – tekuk”

Ungkapan filsosofi bahasa jawa ini memiliki makna, bahwa orang jawa itu mudah di tekuk-tekuk.

Arti dari ditekuk-tekuk sendiri adalah fleksibel, mudah bergaul dengan yang lain, tanpa memandang status sosial.

#9 “Ngunduh Wohing Pangarti”

Setiap orang akan menanggung akbit yang dia perbuat, jadi jangan pernah menyalahkan orang lain apapun yang terjadi pada diri sendiri.

Mengajarkan kepada kita untuk bersikap lebih hati-hati, bahwasannya kita bertanggung jawab sepenuhnya atas diri kita masing-masing.

#10 “Ajinhing Diri Saka Lati, Ajining Saka Raga Busana”

Makana dari fisofi ini adalah kehormatan diri manusia berasal dari lisan, sedang kehormatan raga manusia dari pakaiannya.

Tentu yang perlu kita perhatikan adalah lisan, mengingat lisan dapat menunjukan seberapa tinggi kehormatan kita, apakah kita termasuk manusia yang terhormat atau bukan.

Maka jiga kita mampu menjaga lisan, Insha Allah akan selamat dunia dan akhirat.

#11 “Memayu Hayuning Bawana, Abrasta dur Hangkara”

Makna dari kata di atas adalah, manusia harus dapat mengusahakan keselamatan, kebahagian serta kesejahteraan, dan harus dapat menghilangkan atau memberantas sifat tamak, serakah dan angkara murka.

#12 “Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelaman”

Manusia seringkali sangat gampang terpengaruh dengan sutu kejadian, baik membuat mereka senang ataupun sebaliknya.

Adakalanya kita harus bisa belajar dari filosifi yang penuh makna ini, sebagai manusia jangan gampang sakit hati tatkala musibah menimpa, serta jangan sedih tatkala kehilangan sesuatu.

#13 “Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo”

Sifat dasar dari seorang manusia adalah pelupa, mudah tergiur dengan hal yang baru dan belum pasti.

Makannya filosofi orang jawa satu ini menginngatkan kepa kita supaya dalam menjalani hidup sebaiknya jangan tergiur oleh-hal-hal yang tampak mewah, cantik dan indah dan jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan semangat.

#14 “Mangan Ora Mangan Singpenting Kumpul”

Makan tidak makan yang penting kumpul, kurang lebih seperti itu makna dari filosofi di atas. Bukan tanpa alasan mengapa kita harus selalu kumpul dengan keluarga, sebab agar bisa saling mengingatkan dan menjalani hidupd engan utuh.

Sebab ketika kita menjalani hidup tidak melulu soang uang atau harta secara materil.

#15 “Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha”

Menurut saya pribadi filosofi ini merupakan kata-kata yang sangat bijak sekali, sebab memiliki makna berjuang tanpa perlu membawa massa, menang tanpa merendahkan dan mempermalukan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan, kekuasaan, kekayaan atau bahkan keturunan, kaya tanpa didasari kebendaan.

#16 “Aja Ketungkul Marang Kelungguhan, kadonyan Lan Kemareman”

Makna dari filosofi ini adalah, bahawa kita jangan sampai terobsesi, terkungkung oleh keinginan untuk mendapatkan sebuah kedudukan, kebendaan dan kepuasaan duniawi.

#17 “Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mandak Cilaka”

Maksudnya jangan merasa pinter atau pandai supaya tidak salah arah, dan jangan suka berbuat curang supaya tidak celaka.

#18 “Saiki Jaman Edan Yen Ora Edan Ora Komanan Sing Bejo Sing Eling Lan Waspodo”

Bahasa ini sangat pas dengan keadaan jaman sekarang, dimana semakin sini, dunia semakin tidak karuhan dan semakin kisruh.

Sedangkan makna dari filosofi orang jawa di atas adalah ‘sekarang jaman edan, yang gak edan gak bakalan kebagian, hanya orang yang ingat kepada Allah dan waspadalah yang akan beruntuk’.

Tentu semoga kita termasuk orang yang beruntung.

Nah itu dia beberapa pedoman, pandangan hidup atau filosofi orang jawa, bagaimana keren bukan.

Sudah saatnya kita kembali merenungi filosofi jawa tersebut, serta menjadikannya sebagai nasehat untuk diri di jaman yang semakin tak karuan ini.

Semoga bermanfaat.

2 thoughts on “Filosofi Orang Jawa

  1. “Jawa itu bukan suku, bukan pulau dan juga bukan bahasa.
    Jawa itu perilaku, perkataan, perbuatan, dan pikiran.” (Jae Ngaciro)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© Copyright 2020 - guratgarut.com