Peribahasa, Filosofi & Pepatah Sunda

  • 8 min read
  • Mei 24, 2022
pepatah sunda

Guratgarut.com – Sama halnya dengan daerah lain, urang atau orang Sunda memiliki pepatah atau peribahasa yang dijadikan sebagai nasehat hidup. Disampaikan turun temurun melalui ucapan orang tua, seperti nenek atau kakek.

Perlu diketahui orang Sunda dahulu (kuno) terkenal dengan istilah Leuenyeupan Hirup, artinya pintar memaknai sebuah kehidupan.

Seingat saya, orang tua dahulu memang pintar dalam memberikan pepatah hidup, terutama kepada anak cucunya.

Dahulu semasa kecil, saya seringkali mendapatkan pepatah dari nenek ataupu kakek, yang saya hingga saat ini, contohnya seperti; Tina peurih jadi peurah (Kerja kerasa akan menghasilkan hasil terbaik).

Nah itu salah satu peribahasa Sunda yang saya jadikan sebagai salah satu filosofi dalam menjalankan hidup.

Siapa Suku Sunda?

Suku sunda adalah masyarakat yang ada di jawa barat dan banten
Sumber: travellink-indonesia.com

Orang Sunda ialah suku yang mendiami Provinsi Jawa Barat dan Banten, setidaknya berjumlah 34 juta jiwa.

Wilayah yang termasuk ke dalam tataran Sunda diantaranya;

  1. Bandung
  2. Garut
  3. Tasikmalaya
  4. Bogor
  5. Bajar
  6. Pangandaran
  7. Ciamis
  8. dll.

Seiring perkembangannya, banyak juga masyarakat Sunda yang meratau ke pulau provinsi lain, bahkan luar negeri.

Peribahasa & Pepatah Sunda Lengkap Artinya

peribahasa dan pepatah sunda penuh makna
Pepatah Sunda oleh berkata.net

Berkata telah merangkum peribaha atau pepatah bijak dalam Bahasa Sunda yang syarat dengan makna, sehingga ini dapat dijadikan sebagai nasehat kehidupan.

Barangkali kata kata mutiara Bahasa Sunda ini yang sedang kamu cari untuk dijadikan sebagai motivasi hidup.

1. Harus Saling Mengasihi

Kudu Silih Asih Silih Asah Jeung Silih Asuh.

Arti dari pepeling atau pepatah Sunda di atas ialah saling mengasihi, saling mengajari dan saling menjaga satu sama lain.

Sebagai mahluk sosal, dan bermasyarakat, manusia tentu tidak dapat hdiup sendiri, artinya membutuhkan orang lain.

Rasanya apabila pepatah ini mampu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, yang tersisa pastilah kedamaian.

Bagaimana tidak, setiap orang atau sesama saling mengasihi, saling mengajari dan memperhatikan satu sama lain.

2. Kesungguhan & Kerja Keras

Cai Karacak Ninggang Batu Laun Laun Jadi Dekok

Arti dari peribahasa di atas ialah tetesan air sedikit yang kena batu, lama kelamaan akan meninggalkan bekas pada batu.

Jika tidak percaya, coba perhatikan batu di sungai, tidak sedikit batu yang mengecil dan meninggalkan bekas tetesan air yang sedikit.

Jauh dari pada itu, peribahasa ini mengajarkan kepada kita untuk terus maju dengan kesungguhan, ketekunan dan keyakianan, sebab lambat laun yang dituju itu akan hasil dan nampak.

Ketika sedang bekerja, maka kerja dengan kesungguhan, sehingga yang dikerjakan terlihat dan nampak hasilnya.

Ketika sedang belajar atau study, tekunlah dalam belajar meskipun itu susah, hingga benar-benar paham dan mengerti.

3. Komitmen

Sacangreud Pageuh Sagolek Pangkek.

Komitmen, menepati janji serta konsisten. Kurang lebih itulah makna yang terdapa pada peribahasa Sunda di atas.

Orang baik atau tidak, salah satu ukutannya ialah tentang komitmen dan konsisten dalam suatu perkara.

Maka hendaklah diperhatikan saat kita berjanji dan memilih keputusan, jangan sampai temasuk ke dalam orang yang ingkar.

4. Kejujuran

Ngeduk Cikur Kedah Mitutur, Nyokél Jahé Kedah Micarék.

Jujur, tidak mengambil hak orang lain, tidak korupsi dan merugikan orang lain, kiranya menjadi bekal untuk menjalani kehidupan yang baik dan bahagia.

Bagaimana mungkin kebahagiaan itu akan datang, jika tidak jujur dan bahkan merugikan orang lain. Bukannya kebahagiaan yang datang, namun ketidak tenangan.

Orang Sunda jaman dahulu (kuno), sangat memegang erat kejujuran dalam kondisi apapun, mereka lebih baik hidup dalam kesederhanaan, dibandingkan hidup mewah tanpa kejujuran.

Hal ini sama halnya dengan orang padang, terlihat dari pepatah Minang yang menunjukan kejujuran.

Bahkan mereka amat memperhatikan sumber harta yang didapatkan dan dinikmati, jika sumbernya tidak jelas, maka lebih baik tidak memakannya.

Hendaknya memang demikianlah dalam bertindak dan berperilaku di dunia ini, dengan demikian ketenangan akan di dapat.

5. Ucapan & Perilaku

Kudu Hadé Gogog Hadé Tagog

Harus baik ucapan, baik pula penampilan dan perilakunya. Penampilan yang baik akan mendatangkan penghormatan dari orang lain, serta berwibawa.

Akan tetapi penampilan saja tidaklah cukup, sebab dibutuhkan hal lain, diantaranya ialah ucapan yang baik, sebagai perhiasan.

Ucapan yang baik, harus dibarengi dengan perilaku yang sesuai. Tentu tidaklah elok apabila ucapan tidak sesuai dengan perilaku.

Bahkan dikatakan orang yang paling buruk ialah dia yang ucapan dan perilaku tidak sesuai. Untuk itu hendaklah menyelaraskan antara perilaku dan ucapan.

6. Hikmah

Nimu Luang Tina Burang.

Pepatah Bahasa Sunda di atas memiliki arti menemukan hikmah dari suatu kejadian.

Kehidupan ini senantiasa dihiasi dengan kekecewaan dan kebahagiaan, saat menemukan kekecewaan rasanya akan rugi apabila kita tidak temukan hikmah di dalamnya.

Manusia yang mampu menemukan mutiara hikmah dalam setiap kejadian, akan menjadi orang yang terus berkembang.

7. Tidak Boleh Merusak dan Melupakan

Gunung Teu Meunang di Lebur, Sagara Teu Meunang di Ruksak, Buyut Teu Meunang di Rempak.

Pepatah ini rasanya menjadi nasehat yag sangat baik bagi orang-orang saat ini, sebab memiliki arti tidak boleh merusak alam dan tidak boleh melupakan nenek moyang.

Kenapa dianggap cocok dan relavan dengan kehidupan saat ini?

Seperti yang kita ketahui, masyarakat modern saat lebih mudah atau bahkan sangat mudah merusak alam, dan melupakan nenek moyang.

Manusia lebih tamak, serakah dan rakus, sehingga tidak heran merusak alam dan menghalalkan segala cara untuk memenuhi hasrat mereka.

Ini menjadi sebuah teguran bagi kita semua, bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan di dunia ini.

8. Pandangan Diri Sendiri

Ulah Ngukur Baju Sasereg Awak

Dari pepatah Bahasa Sunda ini kita dapat belajar bahwa, tidak seharusnya kita menilai sesuatu dan mengukur dengan pandangan sendiri.

Karena pandangan sendiri bukan tidak mungkin keliru atau salah, pandangan sendiri itu biasa lebih subjektif.

Maka hendaknya terdapat penyeimbang, yaitu berupa pandangan lain, agar pandangan kita lebih objektif.

Bahkan kita tidak dapat secara langkus memutuskan seseorang salah atau benar, sebab yang kita pikirkan belum tentu sama.

9. Hukum, Negara & Musyawarah

Kudu Nyanghulu ka Hukum, Nunjang ka Nagara, Mupakat ka Balaréa.

Peribahasa di atas memiliki arti, harus mengacu kepada hukum, menjunjung negara dan mufakat untuk kebaikan bersama.

Mayarakat Sunda sangat sadar sekali tentang kehidupan bernegara, hal ini ditunjukan dengan ketaan kepada hukum dan mufakat.

Jika melihat orang Sunda yang membelot, dan tidak taat dengan negara maka perlu ditanyakan mengenai kesundaannya.

Sebab seperti yang dikatakan dalam pepatah di atas, masyarakat Sunda dituntut dan diharuskan untuk taat kepada hukum yang berlaku, menjunjung negara, dan memutuskan sesuatu hal dengan muafakat.

10. Kabar Palsu

Ulah Ngaliarkeun Taleus Ateul

Jangan menyebar fitnah atau kabar palsu. Semua orang menyepakatinya bahwa hal ini adalah sesuatu yang tidak baik, termasuk dengan orang sunda.

Bahkan arti dari “taleus ateul” sendiri memiliki arti sebagai talas yang gatal, artinya tidak enak untuk dikonsumsi.

Begitupun dengan fitnah dan kabar palsu, pasti akan ada pihak-pihak yang dirugin oleh kabar tersebut.

Saat ini kita mengenal kabar palsu dengan istilah “hoax”, bahkan persebaran informasinya begitu cepat karena adanya teknologi.

11. Setia dan Komitmen

Tarajé Nangeuh Dulang Tinandé

Sikap yang setia dan komitmen kepada kewajiban diri terhadap suatu hal. Apabila diartikan secara bahasa, pepatah Sunda ini dapat kita artikan tangga bersandar, wadah siap menadah.

Jika kita jabarkan arti dari pepatah ini ialah sikap tanggung jawab terhadap keputusan dan pilihan diri sendiri.

Sebagai manusia merdeka, orang Sunda tentu paham betul dengan berbagai keputusan yang diambil serta konsekuensinya.

Hal ini sekaligus berlaku sebagai peringatan agar lebih hati-hati dalam mengambil tindakan atau keputusan.

12. Kerja Keras

Tina Peurih Jadi Peurah

Peribahasa ini sangat legendaris dikalangan masyarakat Sunda, yaitu dengan kerja keras akan mendapatkan hasil yang terbaik.

Pada umumnya orang tua jaman dahulu mendengungkan kata kata ini untuk memberikan semangat kepada anak anak muda, agar senantiasa bersemangat dalam melakukan apapun, termasuk meraih impian.

Karena pada nyatanya, kerja keras menjadi salah satu faktor yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah kesuksesan.

Kesusahan dan kepayahan yang dilalui demi memperjuangkan impian, tidak akan pernah sia-sia dan hilang begitu saja.

Justru hal itu menjadi tabungan, aset serta yang paling penting adalah tempat melajar untuk menjadi manusia yang tangguh.

Maka tidak heran apabila kita melihat orang-orang dulu lebih spartan dalam menjalani kehidupan.

13. Visioner

Kudu Nepi Memeh Indit.

Harus sampai sebelum berangkat, kata ini mungkin sangat filosofis, barangkali beberapa orang tidak paham dengan arti ini.

Akan tetapi untuk orang yang mengerti dan memahaminya akan sadar, bahwa pepatah ini menunjukan seorang yang visioner.

Hal ini sejalan dengan psikologi modern, yang mana kita harus mampu berpikir sebelum bertindak. Agar hasil yang didapatkan sesuai dengan keinginan.

14. Jangan Berebut

Ulah Pagiri- Giri Calik, Pagirang- Girang Tampian.

Janganlah berebut masalah kedudukan dan kekuasaan.

Kedudukan dan kekuasaan tidak seharusnya untuk diperebutkan, sebab pada akhirnya semua itu akan ditinggalkan.

Hal ini sangat jauh berbeda dengan  masa sekarang, yang mana setiap orang berlomba-lomba untuk meraih kekuasaan.

Sebetulnya bukan tidak boleh, yang menjadi salah itu jika kekuasaan diperebutkan dengan tidak benar. Menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, senggol sana, senggol sini, lobi sana, lobi sini.

15. Jodoh dan Saudara

Pondok Jodo Panjang Baraya.

Pepatah Sunda ini muncul tatkala hubungan soal jodoh tidak dapat dipertahankan lagi, baik mereka yang sudah menikah, ataupun yang masih pacaran.

Saat hubungan jodoh retak dan kandas, pada umumnya persaudaraan ikut retak juga. Hal ini hampir terjadi dimana-mana.

Maka di tengah-tengah masyarakat Sunda hadir pepatah ini yang secara tidak langsung mengintrusikan atau memberitahukan bahwa perasaudaraan jauh lebih penting dari pada urusan jodoh.

Kita sangat jarang sekali menemukan orang-orang yang sudah putus secara jodoh masih menjalin persaudaraan.

16. Tujuan dan Target

Lain Palid ku Cikiih Lain Datang ku Cileuncang.

Tentukan tujuan dan target jangan terbawa suasana dan keadaan.

Tujuan dan target akan mempermudah seseorang untuk bergerak dalam meraih impian atau tujuan-tujuannya.

karena dapat dikatakan ia memiliki sudah memiliki rule and track, artinya tinggal berjalan saja di atasnya.

Selain itu ketika tela ada tujuan dan target, seorang tidak akan mudah berganti, tergoda, menyimpang ataupun melakukan hal yang tidak perlu.

17. Penyesuaian

Kudu Bisa Kabulu Kabale

Harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan dimanapun berada.

Orang Sunda pada umumnya dengan mudah beradaptasi, sebab mereka memegang falsafah ini.

Hal ini terbukti dengan keberadaan orang Sunda di mana-mana, seperti di Jawa, Jakarta, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, bahkan di berbagai negara lain, seperti Jepang, Hongkong, Cina dan di negara-negara di Eropa.

Profesinya pun beragam, mulai dari pedagang cilok, siomay, pengusaha, birokrat hingga akademisi.

Orang yang mampu menyesuaikan dengan lingkungan, akan menjadi orang yang selamat, bahkan dianggap sebagai kelompok atau bagian dari mereka.

18. Mencoba

Ulah Kumeok Memeh Dipacok.

Jangan menyerah sebelum mencoba.

Mental jangan menyerah harus dimiliki oleh setiap orang, terutama anak muda. Sebab kesuksesan itu salah satunya didapatkan dengan kerja keras.

Tidak menyerah dengan berbagai hal apapun, seperti terus berfikir, tidak berhenti berharap dan terus bebenah.

Dengan kita memulai mencoba, kita juga menjadi tahu sejauh ana kapasitas yang dimiliki oleh diri.

19. Kekompakan

Ka Cai Jadi Saleuwi, ka Darat Jadi Salogak

Harus ada kekompakan serta visi yang sama dalam melakukan kerja sama.

Kekompakan adalah suatu keharusan bagi siapapun yang ingin melakukan kerja sama, baik itu soal pekerjaan, kebaikan dan pernikahan sekalipun.

Sebab jika tidak kompak, tujuan bersama pun rasa-rasanya akan sulit untuk diraih. Bagaimana ingin meraih kesuksesan bersama apabila tidak kompak.

Bagi masyarakat Sunda, pepatah ini telah telah melekat di kepala mereka. Maka jika kalian ingin melakukan kerja sama dengan orang Sunda jangan khawatir.

20. Berjuang, Berfikir & Berinovasi

Mun Teu Ngoprék Moal Nyapék, Mun Teu Ngakal Moal Ngakeul, Mun Teu Ngarah Moal Ngarih.

Jika kita tidak mau berjuang, berfikir, berinovasi, maka kita tidak akan bertahan.

Saya rasa pandangan hidup atau filosofi ini amat penting bagi kehidupan masyarakat Sunda. Sekaligus ini menjadi paket komplit untuk meraih kesuksesan.

Maka tidak sedikit tokoh, artis, pejabat, akademisi terkenal yang berasal dari Suku Sunda. Sekarang tinggal kita mengamalkan pepatah ini.

21. Berpikir

Nyaur Kudu Diukur Nyabda Kudu Diunggang.

Pikirkan sebelum diucapkan, apakah sudah baik, sudah benar, jika sudah demikian maka tidak jadi persoalan untuk diucapkan.

Jangan sampai kita menjadi orang yang asal bunyi, ngomong begitu saja, tanpa memperlihatkan perasaan orang lain.

22. Orang yang Seenaknya Bicara

Abong kena biwir teu diwengku.

Arti dari peribahasa Sunda di atas ialah berbicara seenaknya dan berbicara tanpa dipikirkan. Namanya perkataan tanpa yang dipikirkan terlebih dahulu bisa jadi dapat membuat orang sakit hati.

Sebagai orang Sunda, sudah selayaknya kita menghindari asal kata, asal ucap, sebab kita tidak diajarkan untuk demikian.

23. Masalah Tidak Mengenal Besar Kecil

Lain kutulang munding kabereuyan mah, ku cucuk peda.

Masalah bukan datang dari hal yang besar saja, namun bisa jadi datang dari hal yang kecil.

Apabila kita pikirkan, masalah yang kecil sekalipun apabila banyak akan menjadi masalah besar dan mengganggu kita.

Maka untuk itu masalah sekecil apapun harus dicari solusinya, supaya tidak membesar, dan diselesaikan.

24. Lambat Tapi Pasti

Mending kendor kagembol ti battan gancang pincang.

Lebih baik mengerjakan sesuatu hal dengan lama, tapi hasilnya memuaskan dari pada mengerjakan dengan cepat akan tetapi kurang memuaskan.

Dari pepatah Sundah ini kita dapat belajar bahwa lebih baik pelan tapi pasti hasilnya, dari pada cepat namun hasilnya belum tentu.

Maka untuk itu, sebelum kita bertindak, alangkah baiknya memperhitungkan segala hal, sehingga tujuannya benar-benar tercapai.

25. Terbawa Arus

Kaciwit kulit kabawa daging.

Terbawa sikap buruk oleh keluarga atau lingkungan.

Pada jaman sekarang pertukaran informasi terjadi begitu cepat, sehingga mempengaruhi ke dalam pergaulan.

Terkadang seorang yang terpengaruhi tidak sadar ia sedang berjalan menuju hal yang tidak baik.

Hadirnya pepatah atau peribahasa Sunda ini sebagai nasehat, pengingat untuk kita semua agar memiliki pegangan.

Peribahasa Lain:
~ Pepatah Arab
~ Pepatah Cina

Demikian tulisan mengenai kumpulan pepatah, filosofi dan peribahasa orang Sunda. Tulisan ini hanya menghadirkan sebagian kecil saja dari peribasa yang ada.

Semoga bermanfaat!!

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© Copyright 2020 - guratgarut.com