Puisi Lama

  • 4 min read
  • Apr 14, 2022
puisi lama

Puisi Lama – Puisi begitu akrab terdengar di telinga orang. Apalagi sekarang, teman-teman bisa membuat puisi tanpa harus memerhatikan keragaman syarat dan ketentuan. Berbeda halnya dengan puisi lama yang terikat dengan beragam aturan dari segi bait, rima, suku kata dan hal lainnya.

Apa itu puisi lama?

Apa saja jenis-jenis puisi lama?

Apa yang membedakan puisi lama dan puisi baru?

Pengertian Puisi Lama

Secara umum, puisi lama adalah jenis puisi yang terikat dengan aturan dari segi bait, rima, hingga suku kata. Setiap jenis puisi lama ini memiliki ketentuan berbeda-beda dengan jenis yang lain.

Berbeda halnya dengan puisi baru yang tidak terlalu mementingkan syarat dan ketentuan seperti puisi lama.

Baca Juga: Unsur Intrinsik Puisi

Jenis Jenis Puisi Lama

jenis puisi lama

#1. Pantun

Kata pantun pastinya sudah terdengar akrab sekali di telinga kita. Namun apakah sahabat tahu bagaimana asal usul pantun? Untuk mengetahuinya bisa baca selengkapnya. Kata pantun berasal dari kata panutun asal Minangkabau, jenis puisi ini awalnya dipakai untuk mempererat pergaulan masyarakat. Berikut ciri-ciri pantun:

  1. Setiap bait harus terdiri dari empat baris
  2. Setiap baris terdiri dari 8 sampai 12 suku kata
  3. Memiliki rima a-b-a-b
  4. Baris pertama dan kedua berisi sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi atau maksud dan tujuan dari puisi (pantun) ini.

Contoh pantun:

Kalau ada sumur di ladang
Bolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada umur yang panjang
Bolehlah kita berjumpa lagi

Berburu ke padang datar
Melihat rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagai bunga kembang tak jadi

#2. Karmina

Karmina ini berbeda dengan pantun meskipun ada yang menyebutnya sebagai pantun singkat. Syarat yang dimiliki karmina pun tidak terlalu jauh berbeda dengan pantun. berikut ciri-ciri karmina:

  1. Tiap bait terdiri dari dua baris
  2. Tiap baris terdiri dari 8 sampai 12 suku kata
  3. Rima berada di setiap frasa dengan pola a-b-a-b
  4. Frasa pertama dibaris pertama berima sama dengan frasa pertama dibaris kedua dan frasa kedua di baris pertama sama dengan frasa kedua dibaris kedua.
  5. Baris pertama dinamakan sampiran dan baris kedua dinamakan isi.

Contoh karmina:

Gendang gendut tali kecapi
Kenyang perut senanglah hati

Dahulu ketan sekarang ketupat
dahulu preman sekarang ustad

Ikan kakap makan kepompong
Banyak cakap suka bohong

Kelapa diparut enak rasanya
Biar perutnya gendut baik hatinya

Gula merah sedang diparut
Nafsu amarah jangan diturut

#3. Seloka

Puisi lama yang satu ini sekilas sangat mirip dengan pantun jika dilihat dari segi strukturnya. jenis puisi ini berisikan perumpamaan atau pepatah yang mengandung sindiran, senda gurau atau ejejkan. Berikut ciri-ciri dari seloka:

  1. Setiap bait minimal terdiri dari empat baris, boleh lebih asal genap.
  2. Setiap baris terdiri dari 8 sampai 12 suku kata
  3. Memiliki rima a-b-a-b
  4. Ada hubungan antara isi bait yang satu dengan isi bait berikutnya
  5. Pada baris kedua dalam bait terdahulu menjadi baris pertama pada bait berikutnya dan baris keempat dalam bait terdahulu menjadi baris ketiga dalam bait berikutnya.

Contoh seloka:

Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan,
Dimana hati takkan rusuh,
Ibu mati Bapak berjalan,

Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan,
Ibu mati Bapak berjalan,
Kemana untung diserahkan.

#4. Mantra

Mantra merupakan puisi lama yang dianggap mistis, memiliki kekuatan gaib. Mantra ini bisa dikatakan jenis puisi lama yang pertama berkembang.

Baca Juga: Puisi Baru

Tidak ada ciri khusus untuk membuat mantra ini, satu-satunya ciri khas dari mantra yaitu ada bagian-bagian kata-kata yang diulang untuk memberikan rasa sugesti kepada pendengar.

contoh mantra:

(1) Sihir lontar pinang lontar
terletak di ujung bumi
Setan buta jembalang buta
akan sapa tak berbunyi

(2) Jampi Dukun Betawi
Suara adzan dibisikkan ke telinga si bayi
Bismillah…
Mate jangan seliat-liatnye
Kuping jangan sedenger-dengernye
Lidah jangan sengomong-ngomongnye
Mulut jangan semakan-makannye
Muke jangan semerungut-merungutnye
Bibir jangan sedower-dowernye
Perut jangan sebuncit-buncitnye
Jidat jangan selicin-licinnye
Pale jangan sebotak-botaknye
Tangan jangan sepegang-pegangnye
Kaki jangan sejalan-jalannye
kulit jangan sebuduk-buduknye

InsyaAllah… Wabarakallah…
Nangis jangan sejadi-jadinye
Marah jangan sengamuk-ngamuknye
Otak jangan selupe-lupenye
Hati jangan sekosong-kosongnye
Darah jangan sekotor-kotornye
Puah! Alhamdulillah

Dikutip dari buku Sapardi Djoko Damono “Bilang Begini Maksudnya Begitu” (2016).

#5. Talibun

Nah, jika tadi karmina dikatakan sebagai puisi singkat, maka talibun adalah sebaliknya. Jenis puisi ini juga hampir mirip dengan pantun akan tetapi memiliki baris yang lebih panjang dari pantun. Berikut ciri-ciri talibun:

  1. Tiap barisnya memiliki baris dengan jumlah yang genap, namun harus lebih dari empat baris.
  2. Memiliki rima a-b-a-b
  3. Setengah dari jumlah baris perbait di bagian awal disebut sampiran, selebihnya disebut isi.
  4. Jumlah suku kata tiap baris berkisar 8 sampai 12.

Contoh talibun:

Mencari batu sepanjang lima senti
Batu diambil lalu letakkan sejajar
Jangan lupa diatur mengelilingi gelas
Jika setiap hari bermain tiada henti
Tak pernah ada waktu untuk belajar
Jangan kaget nantinya tinggal kelas.

#6. Gurindam

Jika karmina dikatakan sebagai pantun singkat, maka berdasarkan pengertian gurindam dikatakan sebagai syair yang singkat. Berikut ciri-cirinya:

  1. Tiap bait terdiri dari dua baris.
  2. Memiliki rima a-a
  3. Tiap baris terdiri dari 8 sampai 12 suku kata
  4. Setiap barisnya adalah isi

Contoh gurindam:

(1) Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu akan tersesat

(2) Barang siapa hendak bertanya
Maka tanyalah pada ahlinya

(3) Jika berilmu janganlah angkuh
Nanti dirimu akan terjatuh
(4) Barangsiapa tidak berilmu
Bagaikan kursi tidak bertumpu

(5) Kalau anak tidak dibina
Nanti dia akan celaka.

#7. Syair

Syair berasal dari Arab. Syair biasanya berisi suatu cerita dan mengandung nasihat didalamnya. Ciri khas dari syair terdiri atas empat baris dalam satu bait dan bersajak a-a-a-a. Berikut contoh syair:

Dengarkanlah wahai kawan sejati,
Syair sederhana dari lubuk hati,
Tentang hidup dunia fana ini,
Tentang kerkil yang dihadapi,
Hidup sementara hanya untuk beribadat,
Bukan mengumpat bukan maksiat,
Janganlah terbuai godaan syahwat,
Hingga ibadah kena terlewat,
Janganlah lalai akan sholat,
Janganlah kikir akan zakat,
Kenalah kita perbanyak sholawat,
Guna bekal kelak di akhirat,
Tuhan tak pernah lupa,
Tuhan pun tak pernah memalingkan kita,
Sebab Tuhan selalu bersama kita,
Tapi kita selalu lupa pada-Nya,
Kemanakah kita di waktu bahagia,
Memilih sesama meluapkan suka,
Kemanakah kita di kala lara,
Teringat Tuhan mengeluh duka,
Cobalah tuk selalu ingat pada Illahi,
Berdoa dan berserah diri,
Baik suka duka dalam diri,
Ya Allah ya Tuhan kami,
Seringkanlah kita memohon ampun,
Agar jiwa laksana embun,
Janganlah sampai nanti tertegun,
Saat nyawa lepas dari ubun-ubun,

Ciri Ciri Puisi Lama

Secara umum setidaknya puisi lama memiliki 3 ciri, seperti memiliki aturan yang baku, dikenal dari mulut ke mulut dan berupa cerita rakyat. Lebih jelasnya sebagai berikut;

  • Puisi lama pada umumnya merupakan cerita rakyat yang tidak diketahui siapa pengarangnya dan disampaikan dari mulut ke mulut.
  • Sebuah karya sastra lisan, sebab disampaikan dari mulut kemulut, bukan berupa tulisan.
  • Memiliki aturan yang pasti, seperti terikat rima, bait baris dan sebagainya.

Berikut ini adalah aturan yang harus dipenuhi puisi lama.

  • Jumlah kata dalam 1 baris
  • Persajakan (rima)
  • Banyak suku kata tiap baris
  • Irama
  • Jumlah baris dalam 1 bait

Kemudian apa yang membedakan antara puisi lama dan puisi baru?

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian awal, puisi lama adalah sebuah puisi yang terikat oleh aturan yang pasti. Sedangkan untuk puisi baru lebih bebas tidak terkait aturan.

Baca Juga: Pengertian Puisi

Nah, itulah tadi pengertian dan jenis-jenis puisi lama beserta contohnya. Meskipun sekarang puisi modern lebih diminati, akan tetapi puisi lama jangan sampai dilupakan.

Puisi lama jenis pantun dan syair masih sering terdengar ketika ada acara-acara seperti pernikahan, karena sudah menjadi tradisi suatu daerah atau memang orang-orang tua terdahulu memang menyukai puisi lama berjenis pantun tersebut.

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© Copyright 2020 - guratgarut.com