Rumah Adat Aceh

  • 5 min read
  • Jul 18, 2022
rumah adat aceh

guratgarut.com – Aceh adalah provinsi yang berada di ujung barat Indonesia. Aceh adalah tempat dimana dimulainya penyebaran Islam di Indonesia dan bahkan Asia Tenggara.

Aceh mempunyai sejarah yang sangat panjang tentang penyebaran Islam, kebebasan politik, dan penolakan keras terhadap penjajah. Karena itu jangan heran jika provinsi Aceh memiliki peraturan dan hukum tersendiri.

Oleh itu sebabnya masyrakat Aceh sangat konservatif terhadap nilai-nilai agama dan budaya. Seringkali budaya Islam dan budaya Melayu saling berbaur satu sama lain.

Banyak sekali bukti akulturasi budaya seperti pakaian adat, bahasa, tarian tradisional, hingga rumah adatnya.

Rumah Adat Aceh seringkali disebut dengan istilah atau nama “Krong Bade” atau “Rumoh Aceh“. Rumoh Aceh memiliki keunikan tersendiri seperti rumah adat lain, seperti bentuk, ciri khas, dan fakta unik di dalamnya. Nah untuk mengetahui semua itu simak ulasan berikut ini.

Bentuk dan Ciri Khas Rumah Adat Aceh

rumah adat aceh
Sumber: garisdesain.b;logspot.com

Krong Bade pada umumnya memiliki bentuk rumah panggung dan persegi panjang dari arah timur ke barat.

Mempunyai tangga di depan bagian rumah yang memiliki jumlah yang ganjil misalnya 7 atau 9 anak tangga, dikarenakan rumah ini memiliki penyangga dengan ketinggian 2,5-3 meter.

Penentuan arah dan bentuk persegi panjang dari Timur ke Barat dilakukan agar memudahkan menentukan arah kiblat.

Setelah menaiki tangga rumah ini memiliki pintu yang tidak lebih tinggi dari tinggi orang dewasa yaitu sekitar 120-150 cm.

Di dalam rumah ini anda tidak akan menemui kursi atau sofa untuk duduk para tamu, melainkan pemilik rumah biasa menyediakan tikar sebagai alas duduk.

Ada beberapa bahan yang digunakan dalam pembuatan Rumah adat Aceh atau Krong bade antara lain ;

  1. Kayu, bahan utama rumah dan digunakan untuk membuat tiang penyangga rumah.
  2. Papan, digunakan untuk membuat dinding dan lantai rumah.
  3. Bambu, atau yang sering disebut “trieng” digunakan untuk membuat alas lantai.
  4. Temor“, atau “enau” digunakan sebagai bahan cadangan untuk membuat dinding dan lantai selain bambu.
  5. Tali pengikat, atau yang sering disebut “taloe moe-ikat” yang terbuat dari rotan dan tali ijuk digunakan untuk mengikat bahan bangunan.
  6. Daun Rumbia, atau yang sering disebut dengan “oen meuria” yang digunakan sebagai bahan cadangan untuk membuat atap rumah.
  7. Daun “Enau“, digunakan untuk cadangan bahan membuat atap bila daun rumbia tidak ada.
  8. Pelepah Rumbia, atau “paleupeuk meuria” digunakan sebagai bahan dasar membuat dinding rumah.

Rumah adat Aceh juga memiliki banyak ukiran dan ornamen didalamnya.

Banyaknya ornamen dan rumitnya ukiran pada Krong Bade menunjukan status finansial bagi pemilik rumah itu sendiri.

Baca Juga: Rumah Adat Sumatera Selatan

Bagian Utama Rumah Adat Aceh

rumah adat aceh
Sumber: polarumah.com

Rumah adat Aceh mimilki detail yang berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat lainnya, namun pada umumnya rumah ini memiliki persamaan. Berikut adalah bagian dan fungsi Krong Bade secara umum adalah :

1. Seuramoe-ukeu (Serambi Depan)

Memiliki arti sebagai Sebuah ruangan khusus untuk menerima tamu. Namun ruangan ini dikhususkan untuk menerima tamu laki-laki saja.

Ruangan ini juga menjadi tempat tidur dan makan tamu laki-laki bila menginap. Untuk perempuan memiliki ruangan yang berbeda.

2. Seuramoe-Likoot (Serambi Belakang)

Jika “Seuramoe-ukeu” untuk menerima tamu laki-laki, ruangan ini digunakan sebagai tempat menerima tamu perempuan, dan memiliki fungsi yang sama sebagai tempat tidur dan makan bila menginap. Ruangan ini terletak di belakang rumah.

3. Rumoh-Inong (Rumah Induk)

Inti dari rumah ini adalah Rumah-Inong dalam bahasa aceh yang berarti rumah induk. ruangan ini terbagi menjadi dua kamar yang dipisahkan oleh gang/lorong penghubung antara serambi depan dan serambi belakang.

Posisi ruangan ini dibuat sengaja lebih tinggi dari serambi depan dan belakang.

4. Rumoh-Dapu (Dapur)

Rumoh-Dapu dibuat lebih rendah dibanding dengan lantai serambi belakang.

Untuk menemukan Rumoh-Dapu sebetulnya cukup mudah, biasanya terletak di dekat atau tersambung dengan serambi belakang.

Rumoh-Dapu atau dapur memiliki fungsi sebagaimana dapur pada umumnya, untuk memasak.

5. Seulasa (Teras)

Seulasa atau teras dalam bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai tempat bersantai bagi keluarga atau tamu yang datang.

Terletak di bagian depan dan menempel dengan serambi depan. Letak teras ini tidak berubah dari jaman dulu hingga sekarang.

6. Kroong-padee (Lumbung Padi)

Lumbung Padi yang terletak di sekitaran rumah, walaupun terpisah bagian ini masih termasuk pada bagian penting rumah adat ini.

Kroong-Padi memiliki letak yang variatif tergantung pada pemilik rumah, bisa di samping, di belakang, ataupun di depan rumah.

Karena mayoritas masyarakat Aceh bekerja sebagai petani jadi tidak heran setiap Krong Bade memiliki lumbung padi di setiap rumah.

7. Keupaleh (Gerbang)

Biasanya gerbang atau Keupaleh dalam bahasa Aceh tidak digunakan oleh kebanyakan masyarakat.

Keupaleh biasanya hanya digunakan oleh tokoh adat/masyarakat atau orang yang mempunyai finansial lebih. Keupaleh biasanya terbuat dari kayu dan dipayungi oleh bilik di bagian atasnya.

8. Tamee (Tiang)

Bagian penting yang terakhir adalah tiang. Dalam bahasa Aceh disebut juga dengan Tamee. Tamee menjadi hal yang sangat penting dikarenakan menjadi tumpuan utama pada rumah.

Jumlah Tamee yang digunakan bermacam-macam, jika rumah memiliki 3-5 ruangan dengan satu ruangan utama disebut dengan “rambat”.

Untuk rumah yang hanya menggunakan tiga ruangan biasanya memiliki 16 tiang penyangga, sedankan untuk lima ruangan menggunakan 24 tiang penyangga.

Penggunaan Tamee juga agar memudahkan proses pemindahan rumah tanpa harus membongkar nya dahulu.

Baca Juga: Rumah Adat Sulawesi Utara

Tahapan Dalam Membangun Rumah Adat Aceh

pembangunan rumah
Sumber: primareadymix.com

Bagi masyarakat Aceh rumah itu adalah simbol kehidupan. Oleh karena itu tidak boleh gegabah untuk pembangunan rumah.

Masyarakat Aceh memiliki tahapan dan persyaratan tersendiri tentang pembangunan rumah.

Oleh sebab itu rumah adat Aceh memiliki kualitas yang sangat baik, terbukti Krong Bade dapat bertahan hingga ratusan tahun walaupun hanya terbuat dari bahan kayu.

Penasaran apa saja yang menjadikan rumah adat ini kokoh dan bertahan lama ? Mari kita bahas satu per satu!

NoTahapan Membuat Rumah Tradisional Aceh
1Musyawarah
2Pengadaaan Bahan
3Pengolahan Bahan
4Pendirina Rumah

1. Musyawarah

Musyawarah adalah tahapan pertama yang dilakukan sebelum membangun rumah. hal ini dilakukan oleh keluarga untuk mencapai kesepakatan bersama.

Yang kemudian hasil tersebut diberikan kepada “Teungku” atau ulama di daerah tersebut. Bertujuan untuk mendapatkan saran dan masukan tambahan agar dapat menjalani hidup dengan damai.

Musyawarah juga membahas tentang persyaratan pembangunan rumah, seperti pemilihan hari baik yang disarankan oleh Teungku, pemilihan bahan, selamatan dan keduri.

2. Pengadaan Bahan

Setelah proses musyawarah dilakukan, pengadaan bahan pun dilakukan yang meliputi kayu, trieng/bambu, daun rumbia, dan lain-lain.

Kayu yang diguanakan biasanya tidak dilit akar dan tidak menyangkut dengan kayu lainya saat ditebang.

Proses pengaadaan bahan pun dilakukan oleh masyarakat atau warga yang dilakukan secara bergotong royong.

3. Pengolahan Bahan

Setelah proses pengadaan bahan selesai, bahan yang didapat kemudian dikumpulkan dan disimpan di tempat yang teduh agar tidak terkena hujan.

Kayu akan direndam dalam air terlebih dahulu jika proses pembangunan rumah masih lama. Hal ini bertujuan agar kayu tidak dimakan rayap, awet, dan dibentuk sesuai kebutuhan.

4. Pendirian Rumah

Proses akhir dalam pembangunan rumah adat Aceh yang diawali dengan meletakan tiang penyangga.

Tiang Raja adalah sebutan untuk kayu yang pertama dipancangankan atau tiang utama yang nantinya akan diikuti oleh tiang-tiang lain.

Proses selanjutnya setelah semua tiang terpasang, yaitu membuat bagian tengah berupa lantai dan dinding rumah.

Langkah berikutnya adalah pembuatan bagian atas dan pemasangan atap. Pemasangan ornamen dan ukiran adalah hal yang terakhir dilakukan dalam proses pembangunan rumah adat Aceh.

Fakta Unik Tentang Rumah Adat Aceh

rumah adat aceh
Sumber: santripujaputra.student.umm.ac.id

Rumah adat Aceh memiliki keunikan yang lumayan menarik. Rumah adat Aceh dikenal anti gempa.

Proses pendirian rumah adat Aceh sama sekali tidak menggunakan paku sebagai salah satu alatnya. Melainkan menggunakan tali yang diikat yang berasal dari pohon waru, rotan, atau ijuk.

Penggunaan tali sebagai pengikat rangka memungkinkan bangunan lebih aman dan tahan terhadap guncangan gempa.

Kesimpulan

Dari tulisan di atas kita dapat menyimpulkan bahwasannya rumah tradisional Aceh itu memiliki keunikan yang luar biasa.

Selain itu dalam pembangunannya memerlukan tahapan tertentu yang harus diikuti.

Barangkali tidak jauh berbeda dengan rumah tradisional lain, sebut saja rumah adat Sulawesi selatan yang sama memiliki proses panjang dalam pembangunannya.

Terimakasih!!!Demikian informasi yang dapat saya tulis, semoga mendatangkan manfaat untuk kita semua.

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© Copyright 2020 - guratgarut.com