Rumah Adat Bengkulu

  • 4 min read
  • Mar 14, 2022
rumah adat bengkulu, rumah adat bubungan lima

guratgarut.com – Bila kita berbicara tentang budaya Indonesia tidak akan ada habisnya dibahas. Salah satunya ialah rumah adat Bengkulu yang terkenal dan menjadi salah satu objek wisata di provinsi Bengkulu.

Bubungan tinggi atau seringkali disebut dengan “Bubungan Lima” oleh masyarakat Bengkulu adalah nama lain dari umah adat ini. Memiliki bentuk bangunan rumah panggung yang ditopang oleh beberapa tiang penopang.

Keuninkan dan keindahan rumah adat ini memang terletak pada atapnya, namun penting juga untuk mempelajari tentang struktur bangunan, filosofi dan fungsi setiap bagian pada bangunanya. Semua itu akan di bahas dalam artikel ini.

Baca Juga: Rumah adat Bali

Rumah Adat Bubungan Lima Dari Bengkulu

Rumah adat bengkulu
Sumber: adattradisional.com

Selain “Bubungan Tinggi” atau “Bubungan Lima”, rumah adat ini memiliki nama lain seperti “Bubungan Haji”, “Bubungan Limas”, dan juga “Bubungan Jembatan”.

Secara umum rumah ini merupakan rumah yang hanya ditempati oleh para penghulu atau tetua adat berserta keluarganya.

Rumah adat ini juga selain hunian atau tempat tinggal, rumah ini berfungsi sebagai tempat dilangsungkanya berbagai ritual adat dalam masyarakat Bengkulu.

Seperti tradisi menyambut kelahiran, upacara perkawinan, kematian, dan sebagainya.

Jika kita telaah lebih jauh, rumah tradisional Bengkulu sangat jauh berbeda dengan rumah adat yang berada di Jawa, sebut saja rumah adat Jawa Timur.

Sebab sebagian besar dari rumah adat di Jiwa tidak difungsikan untuk kegiatan ritual.

1. Struktur Bangunan Rumah Adat Bubungan Lima

Rumah adat Bengkulu satu ini memiliki 15 buah tiang dengan tinggi yang mencapai 1,8 meter. Tiang-tiang ini memiliki fungsi sebagai tiang penyangga yang diletakan di atas batu datar yang besar agar mecegah tiang menjadi lapuk.

Konstruksi kolong rumah digunakan untuk sirkulasi udara sehingga ruangan di bagian atas tetap sejuk.

Rumah ini dibangun dengan material bahan penyusun utama yang terbuat dari kayu. Jenis kayu yang digunakan pada umumnya ialah kayu medang kemuning atau kayu balam.

Kayu medang kemuning memiliki karakteristik kayu yang lentur namun tahan hingga ratusan tahun. Hal itu yang membuat kayu itu dipilih dan digunakan sebagai material utama rumah adat ini.

Pada Bagian lantai, rumah ini menggunakan papan yang telah diserut dengan halus. Atap rumah ini terbuat dari ijuk pohon enau atau menggunakan sirap.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, di bagian depan rumah terdapat tangga yang wajib memiliki jumlah tangga yang ganjil.

Rumah adat ini memang didesain dengan model rumah panggung yang memang terkenal sebagai rumah tahan gempa, mengingat Provinsi Bengkulu memang merupakan daerah yang terletak di jalur gempa yang rawan dengan gempa.

Secara umum, struktur rumah adat bubungan lima dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Bagian Atas

Bagian atas atau bagian atap yang terbuat dari ijuk atau bambu, namun ada juga yang menggunakan seng.

Pecu atau plafon terbuat dari bahan papan atau pelupuh bambu. “Peran” adalah sebutan bagi balok-balok kayu yang dihubungkan pada bagia atas rumah.

Ada juga “Kasau” yang menempel dengan kap, yang berfungsi sebagai tempat menempelnya atap.

Bagian atas rumah bubungan lima yang lain diantaranya listplang, sayuk, dan penyunting.

b. Bagian Tengah

Pada bagian tengah bangunan ini terdiri dari kerangka rumah atau kusen, kerangka pintu, dan kerangka jendela yang terbuat dari kayu.

Dinding rumah ini terbuat dari papan, tetapi ada juga yang menggunakan pelupuh sebagai bahan dindingnya. Terdapat jendela dan pintu yang berbentuk ram atau biasa.

Terdapat lubang angin dibagian atas jendela atau pintu yang disebut dengan “Tulusi” yang dihiasi dengan hiasan yang cukup lengkap.

c. Bagian Bawah

Pada bagian bawah rumah bubungan lima terdapat lantai yang tersusun dari bahan papan, pelupuh, dan juga bambu.

Geladan yang terdiri dari 8 buah papan dim dengan lebar sekitar 50 cm, yang dipasang di sepanjang dinding luar atas balok.

Terdapat istilah-istilah yang digunakan masyarakat Bengkulu pada bagian penyusun rumah adat ini, diantaranya.

  • Kijing, adalah penutup balok yang ada di pinggir luar, yang terletak di sepanjang dinding pada rumah.
  • Tilan, yakni balok berukuran sedang yang mempunyai fungsi sebagai tempat menempelnya lantai.
  • Blandar, adalah penahan talian, bagian ini dipasang melintang.
  • Bidai, dibuat dari bambu tebal dan dipasang melintang di papan lantai, yang bertujuan untuk menghalang hewan-hewan masuk dari bawah lantai.
  • Lapik tiang, adalah batu pondasi pada setiap tiang penyangga rumah, tangga depan dan juga tangga belakang.

2. Susunan Dan Fungsi Rumah Adat Bubungan Lima

Jika dikelompokan, ruang-ruang dalam rumah Bubungan Lima dan fungsinya adalah sebagai berikut :

  • Berendo. Berendo adalah tempat dimana pemilik rumah menerima tamu. Tempat ini juga biasa digunakan untuk tempat bersantai di pagi dan sore hari, Terkadang tempat ini digunakan untuk tempat bermain anak-anak.
  • Hall. Berbeda dengan berendo, Hall adalalah tempat dimana pemilik rumah menerima tamu yang sudah dikenal dengan baik. Tamu tersebut merupakan kerabat dekat atau tokoh yang memang sudah disegani masyarakat. Hall juga biasa digunakan untuk tempat berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga besar.
  • Bilik Gadang. Bilik gadang adalah tempat dimana pemilik rumah istirahat atau kamar tidur utama yang digunakan oleh pemilik rumah dan istrinya serta anak kecil yang belum disapih.
  • Bilik Gadis. Bilik gadis merupakan ruangan yang khusus digunakan oleh anak gadis dalam keluarga. Ruangan ini umumnya terletak bersebelahan dengan bilik gadang.
  • Ruang Tengah. Ruangan ini memiliki fungsi yang sedikit unik. Ruangan ini biasanya kosong dan terlepas dai perabot rumah biasanya, hanya tersedia tikar yang disimpan di penjuru ruangan. Ruangan ini memiliki fungsi sebagai tempat menerima tamu ibu rumah tangga, atau keluarga dan kerabat dekat si gadis. Selain fungsi yang disebutkan, ruangan ini biasa digunakan sebagai tempat tidur anak bujang dalam keluarga.
  • Ruang Makan. Sesuai namanya, tempat ini berfungsi sebagai tempat keluarga menyantap hidangan dan terletak bersebelahan dengan ruangan dapur.
  • Garang. Garang merupakan tempat atau bagian rumah yang digunakan untuk menyimpan tempayan air. Selain itu juga tempat ini berfungsi sebagai tempat dimana peralatan masak seperti piring dan peralatan lainya dibersihkan sebelum digunakan.
  • Dapur. Tempat dimana keluarga menyimpan dan mengolah makanan menjadi hidangan untuk keluarga. Ruangan dapur ini terletak di antara ruang makan dan garang.

3. Keunikan Dan Ciri Khas Rumah Bubungan Lima

Rumah adat Bengkulu memang mempunyai ciri khas dan keunikan yang berbeda dengan rumah adat lain di Indonesia. Rumah adat ini memiliki bentuk atap yang berbentuk limas dengan tinggi yang dapat mencapai 3,5 meter.

Rumah adat ini memang dibangun tinggi dengan model rumah panggung agar pemilik rumah dan keluarga dapat terhindar dari serangan binatang buas dan bencana alam seperti banjir.

Banyaknya tiang juga berfungsi sebagai penyangga bangunan memang dapat meredam goncangan gempa.

Masyarakat Bengkulu juga melakukan tradisi unik berupa ritual penolak bala.

Ritual tersebut dilakukan dengan menggantungi bubungan rumah dengan beragah hasil tani, seperti sebatang tebu hitam, setandan pisang mas, kondo, setawar sedinging, dan dibagian tulangnya diberi kain putih sudah di rajah.

Penutup

Rumah adat dari daerah Bengkulu ini memiliki nama rumah adat bubungan lima, yang tentu saja tidak kalah menarik dengan rumah adat Minang.

Seperti halnya dengan rumah adat dari darah lain, rumah adat ini memiliki filosofi, ciri khas dan keunikan yang tidak kalah menarik.

Salah satu hal yang sangat menarik ialah kelengkapan dari bagian rumah, bahkan dapat kita katakan lebih lengkap dari pada rumah modern.

***

Demikian artikel yang dapat kami sajikan menengenai rumah adat Bengkulu, semoga menjadi pengetahuan dan wawasan bagi kita semua!!

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© Copyright 2020 - guratgarut.com