Taksonomi Bloom

  • 6 min read
  • Apr 19, 2022
apa itu taksonomi bloom

Taksonomi bloom – Apakah kalian seorang pendidik atau guru? Jika ya, maka kalian seharusnya sudah tidak asing lagi dengan istilah taksonomi bloom.

Sebab mengapa? Sebab taksonomi bloom adalah salah satu cara untuk menentukan tujuan dari pendidikan. Terdapat beberapa hal di dalamnya yang akan memudahkan pendidik dalam melakukan penialaian tehdap siswanya.

Untuk penjelsan lengkapnya kalian bisa pelajari dalam pembahasan berikut ini.

Pengertian Taksonomi Bloom

kerja kelompok

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani taxis yang berarti pengaturan dan nomos yang berarti ilmu pengetahuan. Taksonomi adalah sistem klasifikasi atau pengelompokan.

Singkatnya taksonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang dikelompokkan atau digolongkan dalam sistematika.

Konsep Taksonomi Bloom ini dikenalkan oleh Benjamin S. Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan bersama kawan-kawannya pada tahun 1956. Taksonomi ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Secara konvensional ketiga ranah atau domain ini telah lama dikenal dengan aspek cipta, rasa, dan karsa. Selain itu juga dikenal dengan istilah penalaran, penghayatan, dan pengamalan.

Klasifikasi Taksonomi Bloom

pengertian taksonomi bloo

Taksonomi diklasifikasikan menjadi tiga ranah sebagai berikut:

#1. Ranah Kognitif (cognitive domain)

Ranah kognitif ini merupakan kemampuan yang berkaitan dengan aspek pengetahuan dan penalaran. Bloom membagi ranah kognitif ke dalam enam tingkatan, yaitu:

A. Pengetahuan (knowledge)

Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat kembali materi yang telah diajarkan, seperti pengetahuan tentang istilah, urutan, klasifikasi, kategori dan lain-lain.

Tingkatan ini merupakan tingkatan terendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya.

B. Pemahaman (comprehension)

Pada jenjang ini pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam memahami materi tertentu yang dipelajari. Dalam jenjang ini peserta didik menjawab pertanyaan dengan kata-katanya sendiri dan dengan memberikan contoh baik prinsip maupun konsep.

C. Penerapan (application)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi pada situasi nyata. Pada jenjang ini peserta didik dituntut untuk dapat menerapkan konsep dan prinsip yang ia miliki pada situasi baru yang belum pernah diberikan sebelumnya.

D. Analisis (analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan menguraikan suatu materi menjadi komponen-komponen yang lebih jelas. Di jenjang ini peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian menemukan asumsi, dan membedakan pendapat dan fakta serta menemukan hubungan sebab akibat.

E. Sintesis (synthesis)

Sintesis dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan mengombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik.Di jenjang ini peserta didik dituntut untuk menghasilkan hipotesis atau teorinya sendiri dengan memadukan berbagai ilmu dan pengetahuan.

F. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan dengan nilai suatu ide, kreasi, cara atau metode.

Dalam jenjang ini peserta didik mengevaluasi informasi termasuk di dalamnya melakukan pembuatan keputusan dan kebijakan.

G. Tabel Kata Kerja Operasional yang Dapat Dipakai dalam Ranah Kognitif

NoRanah KognitifKata Kerja Operasional
1PengetahuanMengutip, menyebutkan, mengidentifikasi, menggambarkan, menjelaskan, mempelajari, menyatakan, meniru, mengulang, menghapal, menunjukkan, mencatat, mengulang, meninjau, mereproduksi, menelusuri, menulis, dan sebagainya.
2PemahamanMemperkirakan, menjelaskan, membandingkan, mengategorikan, mengklasifikasi, memproduksi, menguraikan, mencontohkan, menjabarkan, mengasosiasikan, mengubah, dan sebagainya.
3PenerapanMenugaskan, mengurutkan, menentukan, menerapkan, menyesuaikan, memodifikasi, mengklasifikasi, menilai, menghitung, membiasakan, melatih, menggali, menyusun, melakukan, menyelidiki, mengadaptasi, mengoperasikan, menggunakan, mencegah, dan sebaginya.
4AnalisisMenganalisis, mengaudit, memecahkan, menegaskan, merasionalkan, menyeleksi, menjelajah, menyimpulkan, menelaah, menemukan, mengaitkan, mengedit, mengukur, mendeteksi, mendiagnosis, menyelidiki, menguji, dan sebaginya.
5SintesisMengabstraksi, mengatur, mengarang, mengoreksi, menyusun, merumuskan, menghubungkan, menciptakan, menampilkan, menyiapkan, memproduksi, merangkum, memperjelas, mengategorikan, dan sebagainya.
6EvaluasiMenyimpulkan, memvalidasi, mengetes, memilih,, mendukung, merangkum, memproyeksikan, membandingkan, menyimpulkan, menilai, menugaskan, menafsirkan, menimbang, memutuskan, mengarahkan, mengkritik, dan sebagainya.
Tabel kata kerja oprasional

#2. Ranah Afektif (Affective Domain)

Ranah afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran. Ranah ini berkaitan dengan aspek emosional seperti perasaan, minat, sikap dan sebagainya.

Ranah afektif ini terdiri dari lima ranah yang berkaitan dengan respons emosional terhadap tugas. Pembagian ranah afektif ini disusun oleh Bloom bersama dengan David Krathwol, sebagai berikut:

A. Penerimaan (receiving)

Seseorang yang sadar terhadap rangsangan dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, misalnya penjelasan yang diberikan oleh guru.

Kesediaan untuk menyadari adanya fenomena di lingkungannya yang dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya. termasuk juga kemampuan mengakui tentang adanya perbedaan.

B. Partisipasi (responding)

Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

Misalnya patuh terhadap suatu aturan dan ikut serta dalam kegiatan, hal ini termasuk sudah memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan, meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dengan memberikan tanggapan.

C. Penilaian atau Penentuan Sikap (valuing)

Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Kemampuan ini dibentuk dengan suatu sikap menerima, mengabaikan, atau menolak. Misalnya mampu menerima pendapat orang lain.

D. Organisasi (organization)

Kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Misalnya dengan menempatkan sesuatu pada skala nilai dan dijadikan pedoman dalam bertindak secara bertanggung jawab.

E. Pembentukan Pola Hidup (characterization by a value)

Kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.

kemampuan ini dinyatakan dalam pengaturan hidup diberbagai bidang, seperti mencurahkan waktu secukupnya pada pekerjaan. Artinya memiliki sistem nilai yang mampu mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi ciri khas gaya hidupnya.

#3. Ranah Psikomotor (pshycomotoric domain)

Kebanyakan orang menghubungkan ranah psikomor ini berupa aktivitas motorik dengan pendidikan fisik dan atletik, padahal kegiatan menulis dengan tangan dan pengolahan kata juga membutuhkan gerakan.

Ranah psikomotor ini berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan jasmani. Rincian dalam ranah psikomotor ini tidak dibuat oleh Bloom, tetapi oleh ahli lain namun tetap berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, antara lain:

A. Persepsi (perception)

Kegiatan untuk menggunakan isyarat-isyarat sensoris dalam memandu aktivitas motorik. Misalnya dalam pemilihan warna yang menggunakan alat indera (mata) sebagai rangsangan untuk menyeleksi isyarat terjemahan.

B. Kesiapan (set)

Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai suatu gerakan. Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan suatu gerakan. Misalnya posisi start lomba renang.

C. Gerakan Terbimbing (guided response)

Kemampuan untuk melakukan suatu gerakan dengan contoh yang diberikan. Tahap awal mempelajari suatu keterampilan termasuk didalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. Misalnya, membuat segitiga di atas pola.

D. Gerakan yang Terbiasa (mechanical response)

Kemampuan melakukan gerakan tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan karena sudah dilatih secukupnya.

Misalnya, melakukan climbing dengan cepat dan tepat karena terbiasa dengan gerakan-gerakan yang sudah diajarkan sehingga mampu tampil dengan meyakinkan.

E. Gerakan yang Kompleks (complex response)

Kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap dengan lancar, tepat dan efisien. Misalnya, bongkar pasang peralatan dengan tepat.

F. Penyesuaian Pola Gerakan (adjustment)

Kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakan dengan persyaratan khusus yang berlaku.

Keterampilan yang sudah berkembang sehingga bisa disesuaikan dengan berbagai situasi dan kondisi. Contohnya, keterampilan bergulat dengan baik.

G. Kreativitas (creativity)

Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru atas dasar prakarsa atau inisiatif sendiri. Misalnya kemampuan membuat kreasi tari yang baru.

Untuk lebih jelasnya, berikut contoh kaitan Taksonomi Bloom dalam hal ini dengan keterampilan membaca:

  1. Ranah kognitif dalam membaca dapat diartikan sebagai aktivitas kognitif dalam memahami bacaan secara tepat dan kritis.
  2. Ranah afektif berhubungan dengan sikap dan minat/motivasi siswa untuk membaca; misalnya sikap positif terhadap kegiatan membaca atau sebaliknya.
  3. Ranah psikomotor berkaitan dengan aktivitas fisik siswa pada saat melakukan kegiatan baca, misalnya aktivitas saat membaca teknis atau membaca nyaring tentu berbeda dengan saat melakukan kegiatan membaca pemahaman.

Teori Belajar yang Melandasi Taksonomi Bloom

belajar di kelas

#1. Teori Belajar Behavioristik (tingkah laku)

Belajar menurut aliran behavioristik adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons.

Proses belajar sebagai perubahan prilaku (dari tidak tahu menjadi tahu) yang dapat diamati dan timbul sebagai hasil pengalaman.

Para ahli banyak berkarya dalam aliran behavioristik, salah satunya yang terkenal yaitu teori Classical Conditioning dari Ivan Pavlov (1849-1936) melalui percobaannya yaitu anjing yang diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pula pada anjing. Hal itu untuk mengetahui bagaimana refleks bersyarat terbentuk.

#2. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif ini tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Teori belajar ini lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri.

Teori kognitif menekankan pentingnya proses mental serta berpikir dan memfokuskan pada apa yang terjadi pada pembelajaran sehingga dapat menginterpretasi dan mengorganisir informasi secara aktif.

#3. Teori Belajar Humanistik

Teori ini memandang bahwa proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri.

Pendidik membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya dengan mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi yang ada pada diri mereka.

Prinsip Belajar Yang Melandasi Taksonomi Bloom

cara belajar

Prinsip belajar sebagai dasar dalam upaya pembelajran ini meliputi:

#1. Kematangan Jasmani dan Rohani

Kematangan jasmani maksudnya telah sampai pada batas minimal umur dan kondisi fisiknya cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan kematangan rohani telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar, seperti berpikir, mengingat dan sebagainya.

#2. Kesiapan

Kesiapan harus dimiliki oleh seseorang yang hendak melakukan kegiatan belajar, baik fisik, mental, minat, motivasi maupun perlengkapan belajar lainnya.

#3. Memahami Tujuan

Setiap orang yang belajar harus memahami apa dan kemana arah tujuannya serta manfaat apa yang diperoleh bagi dirinya. Dengan mengetahui tujuan belajar maka dapat mengadakan persiapan belajar yang diperlukan.

#4. Memiliki Kesungguhan

Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan dalam belajar agar hasil yang diperoleh pun memuaskan, sehingga waktu dan tenaga tidak terbuang sia-sia.

#5. Ulangan dan Latihan

Sesuatu yang sudah dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan.

Kesimpulan

Dari pemaparan yang telah dijelaskan di atas kita dapt menyimpulkan, bahwa taksonomi bloom berfungsi dan berguna untuk mengklasifikasikan tujuan dari pendidikan.

Semoga pemaran mengenai taksonomi bloom ini berguna serta serta bermanfaat bagi pembaca, jika di rasa beguna silahkan share dan komen ya.

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© Copyright 2020 - guratgarut.com