Pakaian Adat Sumatera Selatan

  • 6 min read
  • Mar 15, 2022
pakaian adat sumatera selatan

Guratgarut.com – Palembang merupakan ibukota dari provinsi Sumatera Selatan yang memiliki keindahan alam dan kebudayaan yang beragam. Tidak hanya makanan khas nya saja yang terkenal, tetapi pakaian adat Sumatera Selatan menjadi salah satu kebudayaan lokal yang cukup menarik jika kita bahas.

Pakaian adat ini merupakan salah satu simbol yang dapat menunjukan identitas budaya masyarakat yang didasari oleh nilai filosofis yang selararas dengan berbagai aspek dan bagian daripada pakaian tersebut. Hal ini dapat dilihat dari corak, warna, model, aksesoris, hingga tata rias yang digunakan.

Seperti halnya pakaian adat tradisional di daerah lain, pakaian ini mempunyai ciri khas dan karakteristik nya masing-masing. Untuk mengetahui itu semua, simak ulasan berikut ini.

Mengenal Pakaian Adat Sumatera Selatan

Megah, mewah, anggun dan gemerlap cahaya berwarna emas. Hal tersebut, dikarenakan pakaian ini memang khusus digunakan oleh kalangan para Raja dan Permaisuri pada jaman dahulu.

Namun, seiring berjalanya waktu pakaian ini dapat digunakan oleh masyarakat umum dan digunakan pada acara-acara tertentu seperti pada saat upacara adat dan sebagai pakaian pengantin.

Pada saat digunakan oleh para pengantin, pengantin tersebut dirias dan dikenakan berbagai aksesoris agar dapat menyerupai Raja dan Ratu pada jaman dahulu.

Jenis Pakaian Adat Sumatera Selatan

Secara garis besar, pakaian adat tradisional provinsi Sumatera Selatan dapat dibagi dua, yaitu pakaian adat aesan gede dan pakaian adat aesan paksangko.

Kedua busana tersebut memiliki ciri khas yang berbeda, tetapi masih menunjukan kesan mewah dan keagungan kerajaan-kerajaan yang ada di Sumatera.

1. Pakaian Adat Aesan Gede

Pakaian adat aesan gede merupakan pakaian yang seringkali digunakan pada saat upacara pernikahan, yang disebut munggah. Aesan gede sendiri berasal dari kata aesan yang berarti hiasan dan gede yang berarti kebesaran, jadi kalau kita simpulkan pakaian adat aesan gede merupakan hiasan atau pakaian kebesaran.

Aesan gede merupakan pakaian yang berasal dari kerajaan besar Sriwijaya yang didominasi oleh warna merah dengan benang emas berbahan dasar kain songket.

Kain songket yang digunakan memiliki ciri khas berwarna keemasan yang sesuai dengan julukan Sumatera sebagai swarnadwipa yang berarti pulau emas.

Terdapat beberapa motif yang digunakan, seperti motif bermacam bunga. Setiap motif tersebut memiliki makna masing-masing, seperti :

  • Motif bunga mawar, memiliki makna sebagai penawar atau menjauhkan marabahaya.
  • Motif bunga tanjung, memiliki makna sebagai motif yang melambangkan keramahan.
  • Motif bunga melati, memiliki makna yang melambangkan kesucian, keagungan dan sopan santun.
  • Motif pucuk rebung, memiliki makna yang melambangkan harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Pada pengantin pria, bagian kepala dipasang penutup kepala berupa mahkota yang bernama kesuun. Mahkota tersebut berhiaskan melati dan tebeng malu diatasnya. Pada bagian badan terdapat aksesoris berupa kalung kebo munggah dan slempang sawir, pada bagian lengan digunakan berbagai gelang seperti gelang gepeng dan gelang sempuru.

Untuk bawahan pengantin pria menggunakan celano sutra, sebuah celana yang terbuat dari sutra dengan motif ukel. Tidak lupa dengan alas kaki khas yang bernama canela.

Pada pengantin wanita, terbagi dari bagian kepala, badan, tangan dan kaki. Pada bagian kepala terdapat bungi rampai, gandik, gelung malang, tebeng malu, kesuhan, dan kelapo standan. Sedangkan untuk bagian badan terdiri dari teratai, kalung kebo munggah, dan songket. Untuk bagian tangan terdiri dari aksesoris atau perhiasan seperti gelang gepeng, sempuru, ulo betapo dan cenela sebagai alas kaki.

2. Pakaian Adat Aesan Paksangko

Pakaian adat aesan paksangko tidak berbeda jauh dengan pakaian adat aesan gede, yaitu sama-sama menggambarkan kebesaran, kemewahan dan keagungan kerajaan-kerajaan Sumatera. Hal tersebut, karena kedua baju ini digunakan oleh para raja-raja terdahulu.

Baju adat aesan paksangko terdiri dari baju kurung sebagai atasan dengan motif bunga bintang berwarna keemasan yang disempurnakan dengan tengkupan terate dada (pelengkap penutup dada). Sedangkan untuk bagian bawah, terdapat songket yang berkilau yang dapat menambahkan kesan mewah.

Terdapat sedikit pengaruh budaya luar, yaitu hasil akulturasi budaya dengan budaya Tionghoa yang terlihat pada mahkota yang digunakan pada pakaian adat ini yang diperkaya dengan beragam aksesoris yang terbuat dari emas.

Untuk pengantin perempuan, selain menggunakan mahkota juga menggunakan hiasan berupa kembang goyang pada bagian kepala, kembang kenango, kelapo standan dan lain sebagaianya. Sedangkan untuk pengantin pria, menggunakan busana yang dapat menyelaraskan dengan pengantin wanita seperti, seluar pengantin (celana pengantin), selempang songket dan songkok (kopiah) emas.

Ciri Khas Pakaian Adat Sumatera Selatan

Kita tahu dari penjelasan di atas, pakaian adat Sumatera Selatan terlihat mewah dan megah. Tetapi apa saja yang membuat pakaian tersebut dapat terlihat seperti itu ? Hal ini tentunya merupakan peranan penting bagi aksesoris dan pelengkap lain sebagai bagian penting dan ciri khas dalam pakaian adat tradisional Sumatera Selatan, diantaranya ialah :

1. Terate

Terate merupakan pelengkap yang digunakan sebagai penutup dada dan pundak yang dapat digunakan oleh pria maupun wanita. Penutup ini memiliki bentuk lingkaran dengan lima buah sudut dan bermotifkan bunga melati bersepuhkan emas.

Pada bagian tepinya terdapat sebuah pekatu berbentuk bintang dengan rantai dan juntaian lempengan emas berbentuk biji mentimun. Terate juga merupakan simbol yang dapat menggambarkan kemegahan dan kesucian yang terdapat pada busana yang digunakan.

2. Kalung

Kalung yang digunakan ialah kalung kebo munggah atau kalung tapak jajo. Kalung ini terbuat dari bahan emas 24 karat yang terdiri dari beberapa lempengan yang disesuaikan dengan status penggunanya.

Untuk mengenakan kalung ini, pengguna harus melewati beberapa proses yang sudah ditentukan oleh aturan adat masyarakat setempat, salah satunya ialah menikah. Jadi untuk setiap susunan lempengan dapat menunjukan status penggunanya.

Jika yang dipakai 3 susun lempengan, maka penggunanya sudah melewati proses pernikahan. Sedangkan 1-2 susun lempengan, digunakan untuk pasangan yang belum melalui proses pernikahan.

Kalung ini juga memiliki makna yang diartikan sebagai penanda bahwa seseorang itu harus selalu menjaga diri dan sikap, karena hal tersebut merupakan hal terpenting dalam hidup didunia dan tidak boleh berlaku sesuka hatinya.

3. Selendang Sawit / Selempang Sawir

Selendang sawit merupakan pelengkap yang wajib digunakan pada saat penggunaan pakaian adat tradisional Sumatera Selatan. Selendang ini digunakan oleh pasangan pengantin yang terbuat dari bahan emas yang dihiasi oleh beragam intan pada bagian tengahnya.

Selendang ini berjumlah dua buah yang digunakan menyilang dari bahu kiri ke bagian pinggang kanan dan bahu kanan ke bagian pinggang kiri. Selendang sawit membuat busana yang dikenakan menjadi gemerlap akan cahaya emas yang menyilaukan.

4. Pending

Pending merupakan sebuah ikat pinggang yang memiliki bentuk seperti lempengan dengan ukuran 6 x 9 cm yang terbuat dari emas 20 karat. Ikat pinggang ini begitu indah dengan berbagai macam motif yang terletak pada bagian kepalanya.

Motif tersebut dapat berupa ukiran-ukiran yang indah seperti, ukiran naga, bunga, burung hong dan lain sebagainya. Pending dapat digunakan oleh pria ataupun wanita.

5. Keris

Keris merupakan salah satu aksesoris yang digunakan dalam busana adat pria. Penggunaan keris pun memiliki aturan khusus yang terlihat pada letak penggunaan keris itu sendiri.

Untuk keturunan raja atau bangsawan, keris diselipkan pada ikat pinggang depan sebelah kanan dengan gagang yang menghadap keluar. Sedangkan untuk keturunan bukan raja atau bangawan, keris diletakan pada ikat pinggang bagiang belakang.

Hal tersebut dimaksudkan untuk menghormati para raja / atasan terdahulu.

Keris ini memiliki warna gemerlap emas, karena sarung keris yang digunakan terbuat dari emas 20 karat, ditambah dengan motif, corak dan ukiran yang unik pada keris tersebut.

6. Gelang

Gelang yang digunakan cukup beragam, tetapi memiliki bahan dasar pembuatan yang sama, yaitu emas 24 karat, seperti gelang kacak, gelang sempuru, gelang kanu, dan gelang palak ulo.

Gelang palak ulo hanya digunakan oleh pengantin wanita saja pada bagian lengan. Gelang ini memiliki bentuk seperti ular naga bersisik dan berpulir, lengkap dengan taburan berlian diatasnya. Sedangkan untuk gelang kecak, dapat digunakan oleh pria ataupun wanita dengan bentuk mata yang dihiasi pekatu polos yang memiliki dua tumpuan lingkaran berhiaskan emas pada bagian tengah.

7. Alas Kaki

Trompah / canela merupakan alas kaki berupa selop yang digunakan oleh kedua mempelai pengantin. Alas kaki ini memiliki bentuk pada bagian depan yang cukup besar dan tidak terlalu lancip. Selain itu warna yang digunakan ialah warna yang dapat menyesuaikan dengan pakaian yang digunakan.

Alas kaki yang digunakan oleh perempuan dan pria hampir sama, hanya berbeda pada ukurannya saja. Selain itu canela memiliki simbol bahwa dalam melangkah di kehidupan harus mempunyai pelindung diri.

8. Saputangan Segitigo

Saputangan segitigo merupakan aksesoris yang tidak dapat dilupakan pada busana adat ini. Saputangan ini cukup menarik, karena digunakan pada jari kedua pengantin yang berbeda. Untuk pengantin pria, saputangan digunakan pada telunjuk sebelah kanan, sedangkan untuk pengantin wanita digunakan pada kelingking sebalah kanan.

Sapu tangan ini terbuat dari beludru berwarna merah dengan motif bunga melati berwarna emas pada bagian sisinya. Pada bagian luar sapu tangan terdapat rantai, juntaian bandul dan lempengan logam berbentuk wajik.

9. Penutup Kepala

Yang terakhir ialah penutup kepala yang sangat mencolok berwarna emas gemerlap, berupa mahkota yang digunakan oleh pasangan pengantin. Mahkota ini memiliki dua buah jenis, yang pertama ialah kopiah cuplak yang digunakan oleh pria dan kesuun yang digunakan oleh wanita.

Mahkota ini memiliki banyak sekali pernak-pernik yang dapat memperlihatkan kemegahan yang kaya akan nilai-nilai keagungan kerajaan pada jaman dahulu. Selain itu mahkota ini melambangkan tentang kepemimpinan, kebijaksanaan dan keagungan yang luar biasa.

Penutup

Sebagai penutup, pihak kami tidak henti-henti nya mengingatkan dan mengajak masyarakat Indonesia untuk tetap selalu menjaga dan melestarikan kebudayaan nusantara yang kian hari semakin memprihatinkan.

Oleh karena itu kita sebagai warga negara yang baik, harus terus mendukung pelestarian kebudayaan, entah itu dari pemerintah ataupun gerakan masyarakat dengan sepenuh hati agar warisan nenek moyang kita tidak punah dan terlupakan.

Sekian dan Terima Kasih !


Hal yang sering ditanyakan:

Apa nama baju adat Sumatera Selatan?

Terdapat 2 pakaian adat yang terkenal di Sumatera Selatan, yaitu aesan gede dan aesan paksangko

Apa keunikan baju adat Sumatera Selatan?

Keunikan dari pakaian tradisional Sumatera selatan ialah memiliki berbagai aksesoris, seperti keris, alas kaki, gelang, penutup kepala dll

Dari manakah pakaian adat aesan gede?

Pakaian adat aesan gede berasal dari Palembang, Sumatera Selatan

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© Copyright 2020 - guratgarut.com